Jumat, 23 Desember 2011

CINTA SEJATI MENURUT PANDANGAN ISLAM

                                       CINTA SEJATI MENURUT PANDANGAN ISLAM

Kata pujangga, cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh cinta dapat mengubah pahi menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati, dan meniupkan kehidupan padanya membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya sebuah cinta. (Jalaludin Rumi).

Namun, hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah Swt. Itulah para pecinta dunia, harta, dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung, cinta yang murni, cinta yang mulia, dan cinta yang suci, karena bermuara dari Sang Pemilik Cinta Abadi, Dialah Allah Rabbul Izzati.

Cinta Allah adalah cinta yang tak pernah bertepi. Jika kita sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, maka tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, dan tak ada lagi tatapan kuyu. Yang ada adalaah tatapaan optimis menghadapi segala cobaan dan rintangan dalaam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi, yakni syahid fii sabilillah.

Tak jarang orang mengaku mencintai Allah Swt., dan sering orang mengatakan mencintai Rasulullah Saw., tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa adanya bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara, menyebrangi lautan luas, dan mendaki puncaak gunung yang tinggi demi mendapatkan cinta Srikandi, sang wanita pujaan hatinya. Bagaimana mungkin menggapai cinta menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita atau pria yang dicintai. Tak mungkin dalam satu hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak, kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta kepada-Nya semata, Allah Azza wa Jalla.

Di saat Allah menguji cintanya dengan memisahkannya dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah memisahkan seorang gadis dengan calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suamipun tak punya semangat dalam hidup. Di saat harta yang dimilikinya hangus terbakar, banyak orang hijrah ke rumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya kepada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya. Itu semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari seorang makhluk terhadap Kholiknya. Padahal, semuanya sudah diatur oleh Allah, rezeki, kematian, pasangan hidup, serta langkah kita, itu semuanya sudah ada suratannya dari Allah, tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat merugi manusia yang hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk, memburu harta dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal nasib di akhirat nanti adalah ditentukan oleh diri kita sendiri ketika hidup di dunia. Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana ini. Jika cinta kepada selain Allah, melibihi cinta kepada Allah, merupakan salah satu penyebab do’a tak terijabah.
Sekarang, marilah kita bermuhasabah sejenak. Muhasabah dulu, ya? ...........................................

Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba yang merintih menengadah (berdo'a) kepada Allah di malam hari, namun ketika siang hari muncul, diapun melakukan maksiat?, Bagaimana mungkin do’a seorang gadis yang ingin mendapatkan seorang laki-laki yang sholeh terkabulkan, sedang dirinya sendiri belum sholehah?, Bagaimana mungkin do’a seorang hamba yang mendambakan rumah tangga sakinah, sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimmpin rumah tangga?, Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang sholeh dan sholehah, sementara dirinya disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan anak terabaikan dan kasih sayang tak tercurahkan?, Bagaimana mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud, sedangkan diri pribadi belum bisa menjadi teladan yang baik?,

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas, hanya diri Anda sendirilah yang bisa menjawabnya.
Banyak orang mengaku cinta kepada Allah hendak menguji cintanya itu, namun sering gagal membuktikan cintanya kepada Sang Kholiq, karena disebabkan oleh secuil musibah yang ditimpakan kepadanya. yakinlah yaa Ukhti wa Akhi, bahwa kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada hamba-Nya yang beriman…
Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah (pendidikan) terhadap ruhiyah kita, agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah, kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya. Saat ini, tinggal bagi kita membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kita kepada Allah, agar kita terhindar dari cinta palsu.

Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang benar-benar berkorban hanya untuk Allah, Untuk membuktikan cinta kepada Allah, ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan, antara lain adalah :
1. Landasi diri kita ini dengan iman yang kuat
Memiliki pribadi yang memiliki iman yang kuat yang tidak bisa ditandingi oleh kekuatan lain selain iman kepada-Nya. Sebagai seseorang yang punya agama, yakin kepada Allah dan Rasul-Nya, maka kita wajib hukumnya senantiasa memperkuat iman kita kepada Allah. Jadi tidak hanya asal di KTP tertulis beragama Islam. Sebagai hamba Allah yang menginginkan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, yang pastinya kita mendambakan jannatullah (surga Allah) di akhirat kelak, maka kita wajib memiliki iman yang kuat kepada Allah. Iman kita berfungsi untuk menggapai cinta Allah, ridho Allah, yang berujung kepada janatullah. Itulah sebabnya kita wajib dan harus berusaha senantiasa mewajibkan diri untuk memperkuat iman kita kepada Allah. Semoga kita semua termasuk ke dalam hamba-hambaNya yang senantiasa berada dalam ketetapan naungan atmosfer Iman dan Islam-Nya yang teduh. Amien.

2. Ikhlas dalam beramal
There are some meaning of “ikhlas”. Wallahu a’lam bis showab. Ikhlas yng dimaksud dalam hal ini adalah ikhlas dalam beramal. Untuk apa??, untuk menggapai cinta Allah tadi. Pokoknya, amal baik apapun, kalau dilaksanakan dengan ikhlas, semata-mata karena Allah, just because of Allah,, insya Allah…,, ke depannya terbaik. Untuk itu marilah kita belajar untuk ikhlas dalam beramal.

3. Siapkan kebaikan internal dan eksternal pada diri kita
Kebaikan internal yaitu berupaya keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunnah. For example "qiyamul lail (sholat malam), shaum (puasa) sunnah seperti apa yang sudah diajarkan Rasulullah… ". Selain itu kebaikan internal lainnya yaitu tilawah (membaca) Al-Qur’anul kariim, sebagai Nuurun Qolbu wa Hayyatan Thoyyibah (Penerang hati dan Penghidupan yang baik), serta haus akan ilmu,, tholibbul ‘ilmu naafii'atun fid dunya wal akhiroh…, amien. (menuntut ilmu yang berguna bagi dunia dan akhirat). Sedangan kebaikan eksternal adalah buah dari ibadah yang kita lakukan kepada Allah, dengan ke-istiqomahan mengaplikasikan (menerapkan) nya dalam setiap langkah di bumi Allaah ini, dan di setiap tarikan nafas di sepanjang kehidupan ini. Dengan itu, insya Allah kita akan menggapai cinta dan keridho’an Allah Swt.
Wallahu a’alam bis showab…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar